Lupakan dia..
Jangan harapkan lagi..
Lupakan dia..
Selamanya..!
Bisikan itu semakin kuat menyelimutimu. Mengganggu tidur malammu. Membuatmu tampak semakin resah. Semakin kuat lagi. Semakin kencang. Dan..
Tidak!
Aku tidak bisa!
Aku tidak bisa melupakannya. Aku tidak ingin melupakannya. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku terlalu sayang kepadanya. Tolong jangan paksa aku. Tolong jangan…!
Tiba-tiba suara handphone membuatmu terbangun dengan sergap. Satu pesan diterima. Dengan mata yang masih belum bisa berkompromi dengan pagi, kau paksakan jemarimu untuk membuka pesan itu. Dan seperti biasa, pesan ramalan bintang selalu menyambutmu tiap pagi. Ramalan pagi ini membuatmu terbelalak. Terkejut. Diam dan sedih.
Anda tampaknya tak bisa lepas dari bayang-bayang dirinya. Tapi cinta anda bertepuk sebelah tangan, si dia sudah semakin jauh dari jangkauan anda.
Tak terasa air matamu menetes ketika kau baca pesan itu. Baru kali ini kau merasa cengeng terhadap dirimu sendiri. Cengeng karena sesuatu hal yang selama ini kau abaikan. Tak pernah mau kau rasakan, padahal dalam lubuk hati kecilmu menginginkannya. Kau terlalu munafik terhadap perasaanmu sendiri. Tak pernah mau berkompromi dengan rasa cinta dan keterikatan.
Akhirnya, ketika rasa itu datang ia tak mau berkompromi denganmu. Meninggalkanmu bersama idealisme yang kau bawa. Dan terlambat untuk menyesal. Semua telah hilang, tetapi apa yang masih tersisa dari seseorang yang telah kehilangan segalanya selain harapan. Berharap suatu saat kau bertemu kembali dengannya, dan ketika masa itu tiba kau akan tersenyum lagi, menanyakan apakah masih ada ruang buatmu di hatinya. Sebuah harapan terakhir yang menjadi semangat hidupmu.
***
Lelaki itu berdiri seorang diri di depan deretan pot-pot bunga yang sore itu memang sengaja di pamerkan ke pengunjung pameran bunga yang datang. Tangannya sibuk menekan tombol handphone yang dibawanya, entah sedang sms atau sekedar menghibur diri menghilangkan kebosanan. Penampilannya sederhana tidak terlalu mencolok, berjumper merah dengan perpaduan blue jeans kombor, bergaya casual dan tampak low profile. Dia menunggu kedata- ngan seseorang yang dia kenal lewat dunia cyber lalu berlanjut lewat telepon dan sms. Seseorang yang ditunggu itu adalah kamu. Ya, dia dengan sabar menunggu kedatanganmu. Seorang Adam yang menantikan kedatangan Adam. Lelaki yang kelak banyak merubah hidupmu, menyadarkanmu dan banyak mengajarimu tentang bagaimana mencintai dan dicintai dengan sederhana.
“ Hey, sudah lama menunggu?”
“ Nggak juga “
“ Ayo ke kosku, nggak asyik ngobrol di sini “
Lelaki itu mengangguk tanda setuju. Sebuah percakapan singkat dan tanpa basa-basi. Lelaki itu banyak diam, tetapi tidak gelisah, sangat bertolak belakang denganmu. Rasa khawatir selalu mendekapmu di setiap perkenalan seperti ini. Sangsi yang selalu ada ketika kamu berkenalan dengan seorang lelaki.
....................
Keinginan akan sebuah hubungan yang tidak lazim di mata masyarakat; melanggar kodrat dan hukum alam. Tentu tidak semua orang menginginkan seperti ini termasuk kamu. Tetapi apa dayamu? -- sebab Tuhan telah berkata kun faya kun, walaupun dalam firman-Nya dia telah melarang, namun Dia adalah dzat yang masih menyimpan banyak rahasia kehidupan. Rahasia dari segala rahasia hukum alam. Tak ada satupun manusia yang mampu membuka tabir rahasia itu -- kamu tidak bisa menutupi perasaanmu ini. Perasaan yang tumbuh ketika kau masih kecil dan selalu kau tutup rapat sampai suatu saat dimana kau tak bisa membendungnya lagi. Kau telah berontak pada kodrat itu sendiri. Keluar dari lingkar norma normatif. Di luar hukum alam yang terbangun.
Rasa takutmu semakin memuncak. Kau takut pertemuan ini hanya selayang pandang, one night stand, dan berujung ML di ranjang tanpa ada rasa yang berbekas di hati, cuma kepuasan nafsu semata. Kau pun muak dengan kondisi seperti ini. Sebuah kondisi yang semakin memperkuat persepsi masyarakat bahwa duniamu -- dunia orang-orang yang menyukai sesama jenis -- adalah dunia yang berisi orang-orang sakit, abnormal, pengobral nafsu, orang-orang murahan yang hanya bisa bilang cinta dan sayang jika kelaminnya sudah bersentuhan, penisnya dihisap, vaginanya ter-penetrasi dan anusnya disodomi.
Semua itu tidak benar! Kebohongan yang dijadikan kebenaran oleh orang-orang yang mengklaim dirinya benar, normal, dan bermoral. Pandangan yang sudah saatnya di bumi hanguskan. Kamu ingin membuktikan rasa cinta dan sayang yang tulus ada di hati orang-orang yang menyukai sesama jenis. Kebenaran cinta dan sayang tidak hanya milik seorang Adam yang mencintai Hawa, tetapi juga milik seorang Adam yang mencintai Adam dan seorang Hawa yang mencintai Hawa.
....................
“ Orang-orang terdekatmu tahu dengan kondisimu seperti ini?”
“ Tidak. Aku sendiri tidak mau menceritakan ke mereka. Aku belum siap kehilangan mereka.”
“ Aku jadi teringat dengan kata-kata orang bijak yang berbicara dengan bijaksananya, seorang seniman yang bermain dengan karya seninya dan seorang sastrawan yang selalu jujur dalam tulisannya, bahwa hidup adalah pilihan tetapi tidak semata pilihan. Semuanya ada sebab-akibat.”
“ Maksud kamu?”
“ Ya, bagi aku ketika kita telah memilih hidup seperti ini kita harus siap dengan segala konsekuensi yang ada nantinya. Karena orang di negeri ini belum banyak yang bisa menerima dengan pilihan hidup orang-orang seperti kita. Negeri yang katanya demokrasi tetapi masyarakatnya belum bisa menghargai perbedaan; masih memandang sebelah mata. Terlau picik atau entah terlalu dogmatis oleh suatu ajaran.”
Malam pun datang semakin larut menemani kalian yang hanyut dalam obrolan. Tampak cerah langit malam itu dan lintang malam menjadi hiasan sepasang Adam yang mencoba mengenal satu sama lain. Awal dari sebuah hubungan yang akan terjalin.
....................
“ Aku takut “ katamu suatu waktu
“ Takut kenapa?”
“ Di satu sisi orang akan melecehkan hubungan kita, memandang sinis dengan penuh rasa jijik, dan sisi lain aku juga takut jika suatu saat aku akan kehilangan kamu.”
“ Aku nggak begitu peduli dengan pandangan mereka. Biarkan saja mereka menilai sekehendaknya karena rasa ini hanya kita yang tahu. Toh kita tidak merugikan mereka. Aku kasih tahu ke kamu, setiap orang yang lewat dalam hidupmu selalu menyisakan jejak kaki dalam hatimu. Kadang jejaknya jelas kadang samar. Dan kamu memijakkkan kakimu terlalu keras, menyisakan jejak terlalu jelas. Kadang itu sakit, tapi itu menempaku untuk lebih kuat. Jejakmu terlalu jelas untuk dihapus dan serasa enggan aku untuk menghapus-nya. Aku sayang kamu. Aku nggak akan lupain kamu. Kamu orang yang telah merubah hidupku. Mengisi hari-hariku dengan rasa sayangmu. Aku terkadang juga berpikir seperti itu. Takut kehilangan kamu. Takut dilupakan. Dan kamu lihat lintang itu, lintang malam yang selalu menemani dan menghiasi setiap obrolan kita menghabiskan malam...biarkan aku jadi lintangmu.”
Kata-katanya membuatmu terkagum dan tersenyum haru mendengar nya. Baru kali ini kau mendengar sebuah kata-kata yang tidak hanya terucap lewat mulut, tetapi juga dari dasar hati seorang lelaki pendiam yang selama ini kau sayang, yang kepadanyalah kau sandarkan hatimu. Malam itu terasa hening dan dingin, tetapi tidak bagimu. Kau merasakan kehangatan, membuat mu tenang dan terasa nyaman dalam dekapannya. Dia tersenyum memandang- mu dan memberikan ciuman manis di keningmu.
“ Aku sayang kamu.” katanya
“ Begitu juga aku.”
Entah siapa yang memulai, bibir kalian pun bertemu. Sebuah ciuman hangat dan mesra. Cukup lama. Dan kini kalian semakin yakin tentang hubu-ngan ini, sambil berpelukan erat seolah tak mau berpisah dan dipisahkan.
***
Lupakan dia..
Jangan harapkan lagi..
Lupakan dia..
Selamanya..!
Bisikan itu semakin kuat menyelimutimu. Mengganggu tidur malam mu. Membuatmu tampak semakin resah. Semakin kuat lagi. Semakin kencang. Dan..
Tidak!
Aku tidak bisa!
Aku tidak bisa melupakannya. Aku tidak ingin melupakannya. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku terlalu sayang kepadanya. Tolong jangan paksa aku. Tolong jangan…!
Kini semua tinggal masa lalu. Sebuah mimpi yang pernah kau bangun dalam hidupmu, yang banyak mengajarimu tentang bagaimana mencintai dan dicintai. Sebuah mimpi yang selalu menjadi semangat dan imajinasi tiap jengkal langkahmu.
“Ayah kok belum tidur?”
“Belum mengantuk, Ma. Mama tidur duluan saja nanti ayah menyusul.”
Malam ini lintang tidak menampakkan wajah lembutnya, yang selalu memberimu kehangatan melewati malam dan selalu menghiasi malammu tampak indah tiap kali kau memandangnya. Menemani kesendirianmu yang terasa sepi dan dingin. Dia tertutup mendung. Entah sampai kapan. Dan kau hanya bisa berharap mendung segera pergi agar kau bisa melihatnya lagi. Sambil tersenyum.
Lupakan dia..
Jangan harapkan lagi..
Lupakan dia..
Selamanya..!
Balai Riam, Februari 2007
No comments:
Post a Comment